Senin, 11 Oktober 2010

Profesi, Profesional, dan Profesionalisme

Seseorang yang Profesional
    Istilah profesi, profesional dan profesionalisme sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ketika kita berbicara tentang profesi maka orang akan mengkaitkannya dengan professional dan juga profesionalisme. Profesi sendiri memiliki arti pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan naskah hidup yang mengandalkan suatu keahlian. Lalu apakah etika profesi itu? jika kita menilik kata etik atau etika itu berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek etika akan berkaitan dengan konsep yang yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan – tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk atau baik.Menurut UU No. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.Prinsip – prinsip etika profesi tersebut, yaitu pertama tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. Kedua, keadilan (justice). Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Ketiga, otonomi. Menuntut agar setiap kaum profesioanal memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya. Beberapa prinsip diatas memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai landasan utama dalam menjalankan suatu profesi.  
             Profesional adalah orang yang mempunyai profesi. Seseorang dikatakan professional apabila orang tersebut tahu akan keahlian dan keterampilannya, dia meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu, dan bangga akan pekerjaannya.
             Beralih ke profesionalisme. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus –menerus. Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja – kerja yang professional. Dari point - point diatas dapat kita ketahui bahwa dalam setiap profesi kita butuh memiliki sikap profesionalisme, apapun itu bidangnya yang sedang anda lakukan.


     "Only The Man Who is in The Thruth is a Free Man"

Senin, 04 Oktober 2010

Pendidikan untuk anak Cerdas + Berbakat Istimewa


Anak – anak cerdas berbakat istimewa (CIBI), atau dalam bahasa Inggris adalah gifted. Kata gift sendiri bisa bermakna pemberian,yang berarti sebuah kemampuan bawaan yang diberikan oleh Allah SWT berupa potensi yang memerlukan pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis. Anak-anak gifted biasanya dipengaruhi oleh  Genetik(intelegensi atau IQ) dan juga Lingkungan yang ada di sekitarnya. Ciri – ciri anak gifted itu, yang pertama, yaitu kemampuan mereka diatas rata-rata, Kedua, mereka memiliki kreatifitas yang luar biasa, dan mereka memiliki komitmen terhadap apa yang ia kerjakan.
Indonesia yang beraneka ragam budayanya ternyata memiliki potensi satu juta lebih siswa dengan potensi gifted ini. Tetapi,  kenyataan yang terjadi baru 9.951 siswa yang terakomodir di sekolah-sekolah penyelenggara CIBI. Sementara jumlah lembaga pendidikan yang sudah membuka program ini sebanyak 311 sekolah dari 126 ribu sekolah.
Menurut Cohn, kemampuan atau talenta pada anak-anak gifted (atau juga anak-anak lainnya) dapat dibagi menjadi 4 Domain, yaitu Intelectual Domain berupa talenta qualitatif, spatial, verbal, dan talent lainnya,  Artistic Domain, berupa seni, drama, dan lainnya, Social Domain, yaitu emphaty/altruistic talent, leadership, dan lainnya, Other Human Ability Domains, atau spesific talent dimensions.
Anak pintar dan anak cerdas berbakat istimewa memiliki beberapa perbedaan. Anak pintar (bright/high achiver), itu umumnya mereka menjawab pertanyaan dengan benar, berminat dengan sesuatu, menunjukan perhatian, mendengarkan penuh dengan minat, memahami gagasan orang lain dengan baik, Suka sekolah, terakhir mereka suka waspada. Sedangkan anak cerdas Berbakat istimewa, elalu mempersoalkan pertanyaan/permasalahan, penasaran dengan sesuatu, terlihat secara emotional,mental dan fisik, Hobi kritik dan bawel, menyimak untuk siap berdebat, suka belajar, membentuk gagasan sendiri, kemampuan membaca sangat tinggi.
            Seringkali kita memandang bahwa anak gifted itu dianggap anak nakal karena susah di atur dan lain-lain. Guru masih banyak yang menganggap bahwa anak CIBI harus rajin, tekun, taat dan patuh. Oleh karena itu ketika guru melihat ada anak yang memiliki ciri berlawanan dengan anggapan tersebut maka guru menganggap anak tersebut tidak cocok disebut CIBI. Anggapan ini pun akhirnya akan berdampak pada cara guru dalam melakukan pendampingan terhadap anak CIBI. Disisi lain Orang tua juga sering membandingkan anaknya yang termasuk kategori CIBI dengan anak CIBI lainnya. Membanding-bandingkan ciri ini akan melahirkan tuntutan yang berlebihan atau harapan melebihi kemampuan anak CIBI itu sendiri. Orang tua yang memiliki anak bandel atau pemberontak akan menganggap anaknya tidak CIBI hanya karena orang tua tersebut membandingkan dengan anak CIBI lain yang memiliki ciri penurut, taat dan rajin. Padahal dalam kenyataanya IQ hanya menyumbang 20%  dari suatu keberhasilan.
Selain itu, masih banyak sekolah yang belum bisa mewadahi siswa dengan kemampuan istimewa ini. Dengan alasan tidak mau menimbulkan diskriminasi antar siswa apabila siswa gifted ini harus ditempatkan di kelas yang khusus. Padahal siswa berhak mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebab karakteristik anak gifted ini ialah tidak bisa belajar dengan siswa yang lambat maka jika tetap dijadikan satu kelas yang muncul adalah under receiver. Anak akan sulit menerima materi dari gurunya. Dan yang jelas anak gifted itu berbeda dengan anak high achiver dan pendidikan untuk keduanya tidaklah sama.
                Adapun tipe – tipe yang dimiliki oleh anak gifted :
1. Tipe I (The Succesful)
Di dalam dunia pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang terindentifikasi sebanyak 90 persen adalah dari kelompok tipe ini.Mereka adalah anak-anak yang mampu meraih yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem pendidikan konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan baik apa yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau ujian mereka juga meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka dapat terpilih dan mendapatkan tempat dalam program pendidikan anak gifted.
2. Tipe II (The Challenging)
Tipe yang satu ini sering tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka tidak menunjukkan prestasi yang baik.Mereka biasa melakukan segala sesuatu secara spontan dan seringkali spontanitas itu dianggap kegiatan yang mengacaukan, tidak teratur dan tidak patuh.Anak kelompok ini biasanya memiliki tingkat kreatifitas yang sangat tinggi, namun tidak belajar untuk memanfaatkan kebolehannya.Anak ini lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan tidak memberikan keleluasan dan perhatian kepada mereka baik kreatifitasnya maupun talentanya.
3. Tipe III (The Underground)
Kelompok ini adalah kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya. Umumnya terjadi pada kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka cenderung menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Pada lelaki biasanya terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon perkembangan sosial yang terjadi disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal tahun pelajaran cenderung mampu memaksimalkan kemampuannnya, namun ketika menjelang akhir mereka mengalami penurunan yang drastis dan bahkan menolak kelebihan yang ada pada dirinya.
4. Tipe IV (The Dropouts)
Kelompok ini sebenarnya memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah dan orang tua.Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya dengan harapan dan kemampuannya sendiri.Sistem pendidikan di sekolah menyebabkan kefrustasian dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi.
5. Tipe V (The Double Labeled)
Merupakan kelompok gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun gangguan belajar (learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus untuk modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted pada umumnya karena mereka lebih sering dilihat dari sisi lemahnya, bukan kekuatannya.
6. Tipe VI (The Outonomous Learner)
Anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Ia dapat mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri sebagai sesutau yang baru. Ia tidak tergantung kepada orang lain dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun di masyarakat.

Persoalan terjadi saat ini, Perhatian pemerintah terhadap anak-anak cerdas berbakat istimewa (CI/BI) masih belum diwadahi secara optimal. Pemerintah dan sekolah pun belum bisa memberikan aturan yang tegas  serta ruang khusus bagi mereka. Oleh Karena itu perlu adanya upaya membangun kepedulian masyarakat terhadap anak-anak CI/BI ini. Berilah kesempatan kepada mereka dan juga fasilitas yang sesuai dengan kebutuhannya.Jika tidak ada perhatian lebih kepada anak-anak CIBI ini, bukan tidak mungkin Indonesia  akan banyak kehilangan banyak generasi-generasi unggul.